Berkat ketundukan total yang diikuti dengan ikhtiar dan tawakkal yang gigih, akhirnya Allah swt pun mengabulkan harapan Nabi Ibrahim dengan menganugerahkan seorang anak shaleh yakni Nabi Ismail as. Namun, saudara-saudaraku yang diberkahi Allah, Ketundukan Ibrahim kepada Allah pun terus diuji.
Anak semata wayang yang sudah dinanti-nantikannya sejak lama dan menjadi belahan hatinya diperintahkan oleh Allah untuk dikurbankan. Setelah berdiskusi dengan Ismail as, akhirnya mereka pun tak ragu untuk melakukannya karena keluarga ini memiliki kepatuhan yang tinggi atas perintah Allah swt.
Kepasrahan keluarga Ibrahim pada Allah ini patut kita contoh dan kita wujudkan dalam keluarga kita. Keluarga Ibrahim menyadari bahwa kepemilikan materi dunia ini hanyalah titipan saja. Dunia menjadi ladang untuk menanam dan akan dipanen saat kita sudah berada di akhirat kelak.
الدُّنْيَا مَزْرَعَةُ الآخِرَةِ
Artinya: “Dunia adalah ladang akhirat”
Kita juga perlu sadari bahwa:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Artinya: “Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah bermain-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS Al-An'am: 32)
Saudara-saudaraku yang diberkahi Allah, Selain kepasrahan diri pada Allah melalui ikhtiar yang patut kita contoh dari keluarga Nabi Ibrahim, kita juga bisa meneladani semangat pengorbanan untuk mendekatkan diri pada Allah swt.